Saturday, January 27

Mendadak Feminis

Lelaki Meraja

Ga bisa dipungkiri, dari dulu sampai sekarang dunia ini dikuasai laki-laki. Hampir di semua bidang laki-laki merajai. Di bidang sains contohnya, berapa banyak sih ilmuwan perempuan yang terkenal? Dari sekian banyak ilmuwan sains yang mau ngga mau namanya kita baca di buku-buku teks waktu jaman sekolah, misalnya ilmuwan-ilmuwan ngetop pada zaman Renaissans di Eropa, berapa banyak sih di antara mereka yang jenis kelaminnya perempuan? Baik di buku Fisika, Biologi, ataupun Kimia, ilmuwan yang disebutin hampir 100% adalah laki-laki.

Di bidang olahraga, jelas laki-laki mendominasi. Dari sekian banyak atlet yang dianggap paling sukses (dan katakanlah tajir) di seluruh dunia, persentase perempuan yang masuk daftar itu palingan ga sampai 5 persen. It's unmistakable that men posses what it takes to be good at sports. Umumnya secara fisik lelaki memang lebih kuat daripada perempuan. Otot laki-laki memang diciptakan jauh lebih unggul dari otot perempuan. Selemah-lemahnya tenaga lelaki kalo dibandingin sama tenaga perempuan pasti bakal menang juga.

Di bidang-bidang lain, seperti pemerintahan negara, musik, sastra, IT, dsb pengaruh laki-laki jelas masih dominan sampai saat ini. Di dunia ini, berapa banyak sih persentase perempuan yang jadi presiden atau menduduki jabatan di lembaga-lembaga tinggi negara? Sampai saat ini juga band-band ngetop, sukses, dan diklaim 'bermutu' yang digandrungi jutaan penikmat musik di dunia ini jelas-jelas masih didominasi laki-laki. Sastra? Dominasi lelaki bisa dilihat dalam sejarah sastra Indonesia. Dalam segala babak/periode mulai angkatan 45, Balai Pustaka, angkatan 66, para penulis dan penyair yang dianggap mewakili zamannya hampir semuanya adalah kaum lelaki. Di bidang IT, undoubtedly, ini sangat kentara. Di tiap forum-forum yang ngebahas tentang IT, pasti lah banyakan cowo di sana. Atau coba aja datengin kompetisi-kompetisi macem programming atau hacking, pasti di sana lebih dari 75% pesertanya adalah para manusia berdada rata dan berjakun.

Dalam agama pun, nuansa dominasi lelaki terhadap perempuan terasa kental. Contohnya, tokoh-tokoh penerima wahyu yang dibilang hampir sempurna, yang wajib diimani dan dijunjung serta dijadikan panutan, semuanya adalah laki-laki. Memang katanya ada alasan-alasan tertentu kenapa seperti itu. Ah, no comment deh.

Soal kedudukan perempuan dalam Islam yang sering jadi bahan pembicaraan, gw pernah baca artikel berjudul 'Are Women Inferior To Men In Islam?' di milis kalo ga salah. Di sana penulisnya berusaha mengcounter isu-isu yang selama ini beredar tentang ketidaksetaraan jender dalam Islam. Beberapa yang dipaparkan antara lain: (1) A man's share of inheritance is bigger than a woman's; (2) A man can marry a non-Muslim, a woman cannot; (3) Women must wear the veil; dan (4) A man can marry up to 4 wives, a woman can marry only one man. Untuk jawaban-jawaban terhadap soal nomer 1, 2, dan 3 yang diberikan penulisnya, gw sih ngerasa cukup puas. Tapi gw agak-agak ngga sreg ma jawaban soal nomer 4. Memang, kebanyakan jawaban di dunia ini (yang pro poligami) ngga menyediakan argumen yang cukup kuat untuk membuat gw bisa menyetujuinya.

Omong-omong soal poligami (dalam hal ini tentu saja poligini, bukan poliandri), menurut gw harusnya poligami ngga dilakukan oleh siapapun, dimanapun, dan untuk alasan apapun (I'm sick of men's cliché arguments, while actually they are speaking in the name of sexual desire). Poligami bisa menghancurkan kebahagiaan dalam kehidupan berkeluarga, meski mungkin prosesnya terjadi perlahan-lahan. Coba pikirin gimana perasaan anak-anaknya, saat menyadari perhatian bapaknya ngga lagi hanya tercurah untuk mereka, karena bapaknya bukan cuma milik mereka. Kalo soal perasaan istrinya sih, ga usah ditanya. Bayangin aja seorang istri yang lagi di tempat tidur sendirian, mikirin di suatu tempat pada saat yang sama suaminya lagi em el dengan perempuan lain, secara legal (dimana dia ngga punya hak untuk marah).

Pada dasarnya setiap orang itu egois, ngga rela berbagi sesuatu yang teramat dicintainya dengan orang lain, terlebih dalam hal ini yang dibagi bukan sesuatu yang sifatnya material tapi menyangkut perasaan. Lagipula dalam dalil tentang poligami ini, katanya dibolehkan poligami, asal adil. Sedangkan tidak ada di antara kamu (para lelaki) yang benar-benar mampu berbuat adil. Nah, intinya poligami itu ngga bisa dilakukan oleh siapa pun, iya kan? Kalo gw sih, seandainya nanti suami gw (di masa depan) ngajakin untuk menerapkan poligami dalam rumah tangga kami, hari itu juga gw bakal ngajakin dia jalan-jalan ke Pengadilan Agama terdekat, yaa ngapain kek di sana, iseng-iseng gitu masukin nama kami berdua buat masuk daftar tunggu pengadilan. Ih, jangan sampe sih.

Balik ke soal dominasi lelaki. Dalam panggung sejarah, perempuan memang hampir bisa dibilang ngga punya pengaruh apa-apa. Dalam bukunya yang fenomenal, The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History, Michael H. Hart mendaftarkan nama-nama yang menurutnya pantas disebut berpengaruh dalam sejarah peradaban manusia. Dalam daftar Top 15 yang disebutkan, (no wonder) ga ada nama perempuan yang masuk, satu pun. Dalam daftar 85 tokoh lainnya juga, (no wonder lagi) nama perempuan jumlahnya sedikit banget.

Bahkan yang menyebalkan, dalam bidang yang katanya urusan perempuan, seperti memasak, menata rambut, dan merancang busana lelaki masih aja mendominasi. Liat di hotel-hotel, cek apa jenis kelamin para chefnya. Liat di mall-mall, perhatiin nama salon-salon terkenal yang namanya berasal dari nama hairstylistnya (Rudi, Peter, Johnny, dsb), kalo ngga salah sih sampai saat ini nama-nama itu masih merupakan nama cowo. Pun begitu dengan urusan tata busana. Mereka, cowo-cowo, meskipun seringkali bukan cowo seutuhnya, memegang peranan penting dalam urusan tersebut. Jadi meskipun urusan-urusan di atas adalah urusan perempuan, tapi kebanyakan para perempuan mengerjakannya dalam lingkungan domestik/ rumah tangga aja, sedangkan untuk tingkat profesional, melibatkan popularitas, tetep aja lelaki mendominasi.

Shit.

Ngomong-ngomong, gw baru dapet oleh-oleh artikel menarik dari hasil menyambangi blog-blog orang. Judulnya Men are More intelligent than Women: Study. Judulnya menarik banget. Menimbulkan tanda tanya besar buat gw. Apa iya begitu? Jadi selain otot yang lebih unggul, lelaki juga dibekali otak yang juga lebih unggul? Begitukah?? Mungkin kapan-kapan gw harus ngadain riset sendiri kali yah.

Is it what we call 'kodrat'
Well, well, well, perempuan memang diciptakan berbeda dari lelaki. Beberapa perbedaan bisa dilihat dari sisi anatomi, fisiologi, sampai cara kerja otak. Bersyukur sih lelaki dan perempuan diciptakan berbeda, agar keduanya bisa saling melengkapi *katanya*.

Kemudian, lelaki dan perempuan berbeda dilihat dari sisi tanggung jawabnya dalam keluarga. As we know, lelaki bertanggung jawab untuk ngasih nafkah, perempuan bertanggung jawab untuk ngurus anak dan rumah. Ini udah seperti ketentuan alam. Sampai saat ini kewajiban untuk melahirkan memang masih ada di pundak perempuan, dan oleh karenanya juga ia memiliki kewajiban untuk membesarkan dan merawat anaknya (meskipun ini tanggung jawab bersama *katanya* tapi tetep aja kalo si anak kenapa-kenapa yang disalahin ya pasti ibunya). Mungkin hal ini baru akan berubah jika suatu saat cara untuk memperbanyak manusia tidak lagi melalui kelahiran dari rahim perempuan, melainkan dibikin di pabrik-pabrik manusia.

Setinggi-tingginya wanita berkarir, jatuhnya ke dapur juga. Atau bahasa ultrakasar-nya, ujung-ujungnya perempuan mah cuma 3 urusannya: dapur, sumur, kasur. Whew. Ungkapan yang sangat mendiskreditkan keberadaan perempuan.

Jadi, dengan kewajibannya dalam rumah tangga yang cukup berat, sedikit banyak akan menghambat kegiatan perempuan dalam berkarir. Iya, memang bukan tugas perempuan untuk cari duit, tapi apa salah? Satu contoh benturan kewajiban dalam rumah tangga dengan karir dialami oleh Katherine Reddy, tokoh utama dalam novel bergenre chicklit I don't Know How She Does It. Dia adalah seorang manajer investasi di perusahaan besar di UK, dan menempati peran cukup penting dalam perusahaan tsb. Pokok permasalahan dlm novel ini adalah bagaimana si Kat sangat sangat super kewalahan menjalankan 2 peran sekaligus, jadi ibu, istri, dan wanita karir (ups, itu bukan 2). Dan di akhir cerita –untuk bagian penyelesaian konflik—si penulis novel, Alison Pearson memaksa dia untuk give up, merelakan pekerjaannya dan fokus ngurusin keluarganya aja. Benar-benar suatu jalan keluar.

Ini yang selalu gw pertanyakan. Apa memang perempuan ga bisa menyamai lelaki dalam pekerjaan, dalam bidang-bidang profesional? Perempuan juga manusia, punya need of recognition. Pengen keberadaannya diakui. Apa tokoh-tokoh yang pantas dikenang sepanjang masa cuma bisa berasal dari kalangan lelaki? Di mana peranan perempuan sebagai mayoritas?

Mungkin beberapa dari lelaki akan berpikir begini, "Alaah.. udah ngapain sih nuntut yang macem-macem. Terima aja kodrat. Emang mau diapain lagi?"

Itu dia yang tadi, perempuan juga butuh pengakuan, pengen juga dibilang hebat, keren, dll. Pengen punya sumthin yang bisa dibanggain, dengan parameter-parameter yang sama sebagaimana apa yang dianggep lelaki sebagai kebanggaan. Dengan parameter-parameter yang diciptakan dunia ini tentang arti kesuksesan. Misalnya dunia ini menganggap bahwa jadi scientist adalah pekerjaan yang keren, nah, perempuan juga mau dong dibilang keren.

Mungkin gw di sini bicara atas nama ego perempuan. Eh, ego perempuan? Kedengerannya aneh. Ngga pantes. Kalo frase "ego lelaki" baru pantes kedengerannya, karena yang pantes dipertimbangkan egonya ya cuma lelaki. Ya, cuma lelaki. Perempuan cuma dianggap makhluk setengah manusia yang kerap kali hak-haknya (dalam hal ini hak untuk memiliki ego) diabaikan.

Di Balik Pria yang Sukses Tersembunyi Perempuan yang Hebat

Hal ini terpikir oleh gw saat nonton Cinderella Man. Di sana digambarkan, istri sang petinju legendaris James J. Braddock memegang peranan yang penting atas keberhasilan suaminya. Dialah pemberi semangat sekaligus *mungkin* alasan sang suami terus berjuang dalam karirnya. Hmm...

Kalimat yang diblockquote di atas sekilas memang terkesan mengagungkan perempuan. Para perempuan boleh sedikit berbangga saat mendengar ungkapan ini. Tapi pertanyaannya adalah mengapa harus di balik? Mengapa tidak perempuannya sendiri yang take action, jadi pelaku utama? Apa memang kedudukan perempuan cuma sebatas penyemangat? Nothin more but cheerleader?

Memang, kadang gw suka merasakan ketidakadilan atas kodrat yang ditimpakan kepada perempuan. Tapi di sisi lain gw menyadari bahwa bisa melahirkan anak dan melihat serta mendampinginya tumbuh dan berkembang adalah suatu anugrah tersendiri buat perempuan. Ngga ada yang bisa ngegantiin rasa bahagia dari melakukan hal itu.

Emansipasi Perempuan
Katanya sih, emansipasi perempuan baru ada pada abad 20, era 1900-an. Memang, sebelum itu perempuan dianggap sebagai jender kelas dua, sering disunat hak-haknya. Makanya ga heran kalo dalam sejarah, perempuan ga memiliki pengaruh kuat.

Omong-omong soal emansipasi perempuan, tau dong siapa tokoh yang dielu-elukan dan dianggap sebagai ikon emansipasi perempuan di Indonesia? Yap, Kartini, sang mbakyu dari Jepara yang tiap tanggal 21 April disebut-sebut melulu namanya di TV. Nah, kata guru Bhs.Indonesia gw (cowo) di SMA yang agak eksentrik dan tidak konvensional dalam berpikir, RA Kartini mah cuma tokoh piktip belaka, sama piktipnya dengan tokoh Catwoman yang diperanin ma Halle Berry, Wonder Woman yang (gw ga tau :p), atau Pretty Woman yang diperanin sama Julia Roberts. Kata guru gw itu, Kartini bisa dinobatkan jadi pahlawan nasional karena permainan penguasa negara Indonesia yang notabene berasal dari Jawa dan sangat kental ke-Jawa-annya. Karena dari Jawa ga ada pahlawan perempuan yang bisa dibanggakan, ngga seperti Aceh yang punya Cut Nyak Dhien, JaBar yang punya Dewi Sartika, atau Maluku yang punya Christina Martha Tiahahu, maka dari itu, untuk mengangkat harkat dan derajat suku Jawa –dimana rasa hormat dari orang lain adalah hal yang sangat penting bagi orang Jawa— diciptakanlah skenario tentang pahlawan wanita bernama RA Kartini. Kata guru gw, aneh, kenapa cuma gara-gara surat-suratan sama temennya di Belanda bisa menjadikan dia seorang pahlawan? Lagipula buku hasil surat-suratannya itu emangnya dibaca berapa banyak orang perempuan di Indonesia sih? Emangnya bukunya jadi bestseller? Toh, kata emansipasi di Indonesia juga udah dikenal sebelum Kartini lahir. Trus perjuangan Kartini yang bikin sekolah buat perempuan itu manfaatnya terlalu mikro dan sifatnya terlalu lokal, ga berskala nasional. Jadi ada atau nggak ada Kartini ga ngaruh sama emansipasi perempuan di Indonesia, karena skenario yang dikarang oleh penguasa itu jelek, ga menggambarkan peran yang 'wow',*kata guru gw, sekali lagi*. Tau ah gelap, bodo amat sama Kartini.

Sebenernya efek dari emansipasi perempuan udah mulai terasa sih. Saat ini di seluruh dunia, keberadaan perempuan dalam dunia kerja udah jadi kelaziman. Perempuan udah bisa sekolah setinggi-tingginya menyamai laki-laki. Walaupun untuk benar-benar menghapuskan dominasi lelaki adalah hal yang masih mustahil.

Saat ini cukup banyak bermunculan figur-figur perempuan yang bisa dibanggakan. Oprah Winfrey contohnya. Oprah, yang sekarang biasa menyandang gelar "the richest blabla.." di belakang namanya pada kepala berita, emang patut diacungin jempol. Terlepas dari gosip-gosip jahat tentang dia (bisa banyak ditemuin di sini, situsnya orang-orang yang sirik sama Oprah, sebaiknya ga usah dibuka sih), dia udah mencatatkan prestasi yang gemilang di dunia per-talkshow-an.

Kagum juga, karakter penyihir dari sekolah Hogwarts yang superduper ngetop dan bikin jutaan orang di seluruh dunia ini jatuh cinta dan selalu menanti-nanti setiap saat kapan bisa ngeliat aksi selanjutnya dari si penyihir tsb, baik di buku maupun film, berasal dari hasil kerja otak seorang perempuan. Eventhough I'm not a fan of Harry Potter, but looking at the achievement that the author has got, I'd like to say to her "Great job!"

Di Indonesia juga, kira-kira 10tahun terakhir, mulai bermunculan penulis-penulis perempuan yang dianggap membawa angin segar bagi khazanah sastra di Indonesia. Penulis-penulis macem Ayu Utami, Dee, dan Djenar Maesa Ayu bisa membuktikan eksistensinya dengan menciptakan karya-karya yang cukup diterima baik di pasaran. Tema dasar yang diusung kebanyakan adalah tentang pemberontakan wanita terhadap sistem yang menjajahnya. Terlepas dari opini negatif yang mengatakan bahwa penulis-penulis sealiran itu bisa tenar karena mengeksploitasi kata-kata provokatif dan berbau seks, tapi karya-karya mereka memang worth-appreciated kok.

Semoga makin banyak perempuan2 berprestasi di dunia (yang patriarkat) ini.

We're not mannequins
Pada saat ini, kadang, perempuan susah maju disebabkan oleh perempuannya itu sendiri. Perempuan2 seringkali menganggap apa yang ada "di luar" adalah merupakan segala-galanya dan kerap mengabaikan apa yang seharusnya ada "di dalam", seolah secara tidak langsung membenarkan pandangan lelaki tentang perempuan: perempuan adalah (hanya) perhiasan dunia. Gw ngerti, being pretty and stylish adalah sesuatu yang penting untuk kaum kita (I have no doubt of it). But, what I mean is it's not the only thing to be thought of. We have to prove that we're not empty shell. We should have something to be proud of besides merely beauty or curves.

For young ladies, stop dreaming of become a model as if it's the only purpose you live in this world. Becoming a model, you're just a product to be showed off, you're not any creator. Stop making Paris Hilton as your idol; she'll only lead y'all to a wrong way. All she does is spending her grandpa's money, partying everyday, and making useless porn videos.


So what am I not supposed to have an opinion
Should I be quiet just because I'm a woman
Call me a bitch cos I speak what's on my mind
Guess it's easier for you to swallow if I sat and smiled

When a female fires back
Suddenly big talker don't know how to act
So he does what any little boy will do
Making up a few false rumors or two

That for sure is not a man to me
Slanderin' names for popularity
It's sad you only get your fame through controversy
But now it's time for me to come and give you more to say

This is for my girls all around the world
Who've come across a man who don't respect your worth
Thinking all women should be seen, not heard
So what do we do girls?
Shout out loud!
Letting them know we're gonna stand our ground
Lift your hands high and wave them proud
Take a deep breath and say it loud
Never can, never will, can't hold us down


-Christina Aguilera, Can't Hold Us Down-


Ngeh sama bagian lirik yang dibold? Sepertinya itu ditujukan untuk seseorang, terkait perseteruan Christina dengan orang tsb beberapa tahun silam. Hehe.. siapa lagi kalo bukan The King of Controversy from Detroit? Hehe.. Dia emang suka asal dalam mengekspresikan perasaannya. Emang keliatan banget kalo dia doyan mancing kontroversi. Sindir sana sindir sini. Sebut nama ini sebut nama itu. But he does it in a good way, in a cool way. Lagipula bukankah dia dibesarkan di negara Amerika Serikat dimana mengekspresikan opini itu bisa dilakukan dengan sangat bebas? Liat aja infotainment2 luar kaya acara2nya VH1. Komentator2nya kalo ngasi opini tentang artis-artis Hollywood suka jahat n keterlaluan banget gitu. Bukannya yang kaya gitu udah biasa di sana? Toh dunia ini memang cinta kontroversi. *berusaha menjustifikasi*

Tapi... dia terkenal memang karena dia pantas mendapatkannya, karena talentnya, karena kejeniusannya, karena kharismanya. Kalau kontroversi itu cuma bumbu. Rasanya sah-sah aja memberikan 'bumbu' dalam dunia entertainment.

Loh loh loh... kok gw malah belain dia sih? Bukannya harusnya dalam postingan ini gw memihak dan membenarkan kata-kata Christina? Huh, postingan yang kontradiktif!

Ah, lupain soal Christina dan si Kontroversial.

Yaudah ah, akhir kata, maju terus yah perempuan..

4 comments:

uzi said...

komen si A:
Karena laki2 punya dua kepala sedangkan perempuan punya dua mulut. Lagi pula laki2 gerakannya lebih efektif dan efisien karena tidak perlu membawa dua gunung yang berat:)

komen si B:
Waaaa panjang banget postingannya....

komen C:
Ini bener yang nulis baru berumur 17 taun?

komen D:
BUKU apa yang mendukung doktrin seperti itu hayooo? :)

komen E:
Males bacaaaa!!!

komen F:
Ah elo, sirik aja! Ini kan udah ditentuin ama Yang Di Atas:)

komen G:
Guru BI lo keren juga, punya jiwa konspirator:p

komen H:
Numpang lewat...

komen GW:
No komen..:p bingung mau komen gimana! Oya, FYI, di Aussie sini, udah ada peraturan yang mewajibkan setiap perusahaan untuk merekrut perempuan sejumlah berapa persen gitu. Jadi ga boleh laki2 semua. Jumlah perempuan ama laki2 harus seadil mungkin. Jadi.. ternyata negara "kafir", "penuh setan", dan "antek yahudi" ini lebih mendukung keberadaan perempuan dan ngga cuma ngurung mereka dalam rumah aja:)

Komen serius:
Postingan lo bagus banget, tapi sayang dirusak oleh kemunculan M word:p (atau E word yah?)

Indri 'Ndie' Yunita said...

@ si A: huuh,, laki2 punya dua kepala? Kepala yang di mana nih? :p
Justru itu letak kekuatan perempuan, ke mana-mana bisa sambil bawa gunung..

@ si B: yaah,, berhubung blog ini diupdatenya jarang2, jadi sekalian dipuas-puasin aja kalo nulis posting. Lagipula makin panjang bukannya makin enak? Haha..

@ si C: umm,,, maunya brapa? Bisa sih disesuaikan, tergantung pesanan :D

@ si D: BUKU apa yah? I prefer not to answer ah.

@ si E: aku juga males baca komen kamu, walaupun hanya terdiri dari 15 karakter. (aku ngga baca komen kamu loh, cuma ngitung karakternya doang)

@ si F: Karena gw masih yakin kalo Yang Di Atas itu adl Yang Maha Adil. Dia ngga akan membiarkan salah satu jenis dari makhluk ciptaannya tertindas oleh jenis yang lain.

@ si G: guru siapa dulu??

@ si H: iya,, silakan Mas..

@ si GW, eh ELO: hmm,,gitu yah? Brapa persen nie? Bagus deh kalo gituh.

@ komentator yang serius:
Saya sih ngga percaya kalo ada orang yang bilang postingan saya bagus, tapi eniwei tengkyu yah.. Mmm,, mengenai M atau E word, yaaah saya rasa sah-sah saja menambah 'bumbu' dalam postingan. Menurut saya sih memang agak melenceng (but I think it's okei), mungkin sebaiknya saya menampilkan fotonya juga yah, biar postingannya jadi sweet, manis gituh..

@ gw sendiri :huhu,, terharu, baru kali ini dapet komen banyak. *sroot...(ngeluarin ingus) sambil nyeka airmata*

uzi said...

Gw Mr F

Lho? bukannya memang sudah tertindas?

hdytsgt said...

Kalo menurut gw semua punya peranan masing², gw rasa tanpa didikan Mamah, gw gak bakal bisa seperti ini, dan gw juga ngerasa tanpa Ibu *yang bertanggung jawab*, Soe Hok Gie, Semaun atau HOS Cokroaminoto sekalipun gak akan seperti diri mereka sendiri. Wallahualam...

Anw tulisan lo bagus ndie, keep writing sis :)